RASISME DAN TOLERANSI
·
Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat padaras manusia menentukan pencapaian budaya
atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya
·
Beberapa penulis menggunakan
istilah rasisme untuk merujuk pada preferensi terhadap kelompok etnis tertentu sendiri (etnosentrisme), ketakutan terhadap orang asing (xenofobia), penolakan terhadap
hubungan antar ras (miscegenation), dan generalisasi terhadap suatu
kelompok orang tertentu (stereotipe)
·
Rasisme telah menjadi faktor
pendorong diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida. Politisi sering
menggunakan isu rasial untuk memenangkan suara. Istilah rasis telah digunakan
dengan konotasi buruk paling tidak sejak 1940-an, dan
identifikasi suatu kelompok atau orang sebagai rasis sering bersifat
kontroversial
·
Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai
antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.
Sikap toleransi menghindarkan terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat
kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Contoh
sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai pendapat dan/atau pemikiran
orang lain yang berbeda dengan kita serta saling tolong-menolong untuk kemanusiaan
tanpa memandang suku/ras/agama/kepercayaannya.
·
Istilah toleransi mencakup
banyak bidang. Salah satunya adalah agama. Toleransi Beragama merupakan sikap
saling menghormati dan menghargai penganut agama lain. Diantaranya adalah: a.
Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita; b. Tidak
mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta c. Tidak melarang
ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaannya.
·
Dalam kehidupan
bermasyarakat, tumbuhnya sikap toleransi menimbulkan hidup yang damai saling
berdampingan serta menghindarkan permusuhan.
KESIMPULAN
Pemahaman tentang rasisme dan perusakan budaya bukan untuk menyimpulkan kelompok mana yang rasis dan mana yang tidak. Akan tetapi lebih kepada kewaspadaan kita terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, antara lain:
a. Kelompok mana yang mendeklarasikan dirinya minoritas akan tetapi pada prakteknya justru melakukan praktek-praktek rasisme?
b. Dan apakah praktek rasisme yang dilakukannya itu memang untuk kepentingan kelompoknya atau hanya untuk tujuan pribadi (self determination) yaitu memperkaya diri dengan mengangkat isu rasisme?. Di sini justru budaya dominan (pribumi) menjadi korban isu rasisme dan kelompok yang rasis itu sendiri pada akhirnya akan menjadi korban keegoan satu orang.
c. Keberagaman bukan untuk diseragamkan akan tetapi untuk diketahui agar kita lebih mengenali diri sendiri melalui orang lain dan lingkungannya.
d. Upaya untuk memiliki “Kompetensi budaya” maka kita semua perlu merenungkan dan mengubah potensi perilaku dan keyakinan kita sendiri untuk berusaha mengubah orang lain.
e. Jangan biarkan kediaman membenarkan perilaku yang salah dan menjadikannya sebuah kebiasaan (budaya) karena hal itu hanya mengantarkan kita semua pada sebuah kehancuran.
Pemahaman tentang rasisme dan perusakan budaya bukan untuk menyimpulkan kelompok mana yang rasis dan mana yang tidak. Akan tetapi lebih kepada kewaspadaan kita terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, antara lain:
a. Kelompok mana yang mendeklarasikan dirinya minoritas akan tetapi pada prakteknya justru melakukan praktek-praktek rasisme?
b. Dan apakah praktek rasisme yang dilakukannya itu memang untuk kepentingan kelompoknya atau hanya untuk tujuan pribadi (self determination) yaitu memperkaya diri dengan mengangkat isu rasisme?. Di sini justru budaya dominan (pribumi) menjadi korban isu rasisme dan kelompok yang rasis itu sendiri pada akhirnya akan menjadi korban keegoan satu orang.
c. Keberagaman bukan untuk diseragamkan akan tetapi untuk diketahui agar kita lebih mengenali diri sendiri melalui orang lain dan lingkungannya.
d. Upaya untuk memiliki “Kompetensi budaya” maka kita semua perlu merenungkan dan mengubah potensi perilaku dan keyakinan kita sendiri untuk berusaha mengubah orang lain.
e. Jangan biarkan kediaman membenarkan perilaku yang salah dan menjadikannya sebuah kebiasaan (budaya) karena hal itu hanya mengantarkan kita semua pada sebuah kehancuran.
![Hasil gambar untuk SUPORTER BOLA](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq8Ai32xDc6KVUKBCo4xPHFV1Cw5yqZIErZg3WN7No0HDK6gmHhjsGNfAuKVXIm4MpJm5AAvSaaROJ0ECkOJI9LIsEpo8-CB8Bok76Cp6vqYMVffzBEU_QvTBtgmkhxhqhRNnZXtWOqZQ/s200/a-suporter-bola.jpg)
misal
contoh rasisme yang mudah terjadi di indonesia adalah nyanyian atau teriakan
supporter pendukung tim Indonesia yang berisi hujatan dan kata-kata yang kurang
berkenan
padahal kita semua berasal
dari masyarakat majemuk yang semuanya tentu berasal dari berbagai
suku,ras,budaya,dan agama sehingga seharusnya dari perbedaan itu menunjukkan
kita bangsa yang besar dan seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia menjadikan itu
semua untuk menananamkan di dalam hati kita rasa persatuan dan kesatuan.
inilah contoh toleransi di
Indonesia sangat indah,saya mengambil potret kehidupan antara masjid Istiqlal
Jakarta dan Katedral Jakarta dimana sejak jaman dulu bangunan ini telah
dibangun saling berdekatan dan bahkan saling membantu dan tolong menolong
disaat masing-masing tempat ibadah ini sedang mengadakan acaranya
masing-masing.begitu indah,nyaman,aman,dan tentram.
Saran saya agar dapat
menumbuhkan sikap yang lebih baik lagi untuk kita sebagai warga negara
Indonesia sudah sepantasnya kita menanamkan rasa cinta tanah air,bangga atas
semua budaya,suku,agama,dan rasa serta menjadikan diri kita sebagai tempat
untuk saling mencintai dan mengormati suku,budaya,ras,dan agama di
Indonesia.agar rasisme dapat diberantas.
REFERENSI:
Komentar
Posting Komentar